Sunday, March 1, 2009

Hasrat Untuk Berubah

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
aku bermimpi ingin mengubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit
Lalu kuputuskan hanya mengubah negeriku
Namun tampaknya, hasrat itu pun tiada hasilnya
Ketika usiaku telah semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersisa
kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
orang-orang yang paling dekat denganku
Tetapi celakanya, mereka pun tak mau diubah
Dan kini,
Sementara aku berbaring saat ajal menjelang
Tiba-tiba kusadari: Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
mungkin akan bisa mengubah keluargaku
lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku
kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia
(Puisi ini tertulis di sebuah makam di Westminster, Inggris

Rangkaian puisi diatas sangat begitu menyentuh, seolah-olah dia mengingatkan kita, mengingatkan setiap remaja seusia dengan kita atau malah setiap orang yang pernah memiliki cita-cita dan pernah tertanam dalam jiwanya semangat muda untuk memperbaharui dunia.
Cita-cita..ya dialah cita-cita, yang selalu menemani otak kiri kita, mempengaruhi kita, mengajak, bahkan mendorong kita untuk selalu bergerak serta banyak berkarya.

Benar manusia diciptakan dengan serba kekurangan, yaitu kekurangan yang menjadikanya serba kesulitan dan selalu berkecil hati, namun untungnya manusia masih diberi akal dan hati, sehingga dengan keduanya manusia banyak diberi petunjuk dan arahan, dengannya manusia mampu berpikir, menimbang lalu meperhitungkan.

Sikap manusia yang cerdas adalah mereka yang selalu bersyukur atas keberadaan hati dan akal pada diri dan jiwanya, sehingga ia selalu mengoptimalkan keduanya dengan sebaik-baiknya, bahkan, itupun belumlah cukup karena manusia harus mampu menyeimbangkan antara presepsi keinginan hati atas pertimbangan akal.

Cita-cita untuk berubah dan merubah disekitarnya adalah hal yang sangat manusiawi, karena keinginan itu muncul karena adanya presepsi hati dan pertimbangan akal.

Dengan akal, manusia mampu berpikir kritis, membaca ihwal serta mengamati setiap kejadian dan peristiwa. Dia akan bergerak kencang saat dia menemukan suatu peristiwa yang berbeda dari kebiasanya, atau sesuatu yang jauh dari alam sadarnya sehingga memberikan informasi yang berbeda, maka tertanamlah dalam dirinya keingin tahuan, sementara isi hati mendorongnya untuk selalu bertanya, mempelajari dan banyak membaca.

Disinilah letaknya pintu perubahan itu, yaitu saat dia memerdekakan dirinya dari kekerdilan dan kebodohan, tentunya dengan memperbanyak wawasan dan pengalaman, mau memulai serta merubah setiap kebiasaan-kebiasaan semasa bodohnya.

Yaitu saat seorang bayi baru berlatih merangkak saat melihat kedua orang tuanya yang mampu berjalan. Yaitu saat seorang murid bertanya kepada gurunya saat dia tidak mampu memahami pelajaran yang guru sampaikan. Saat kita bertanya siapa Tuhan kita? lalu Nabi diutus dan Alam sepakat untu menjadi ayat-ayatnya, lalu kita bertanya kepada Tuhan mengapa langit mendung lalu turunkan hujan?, serta setiap peristiwa yang mempengaruhi akal dan hati manusia untuk bergerak mengolah saraf serta data-datanya.

Bayangkan jika seorang bayi hidup disatukan dengan komunitas bayi yang lain, tanpa ada satupun yang mengajarinya berjalan, bicara atau merangkak sekalipun. Bayangkan jika seorang guru acuh terhadap pertanyaan muridnya, lalu bayangkan jika Tuhan enggan mengajari makhluknya-siapa Tuhan manusia yang sebenarnya..! Namun, untunglah peristiwa itu tak pernah ada dalam catatan sejarah, jikapun ada, mereka hanya sekelompok kecil manusia yang tertutup akal dan hatinya atau mereka yang belum tau arti pentingnya perubahan. Yaitu, perubahan yang kita mulai dari diri kita sendiri, merangkak mulai dari lingkungan terkecil berjalan ke arah yang lebih luas hingga tercipta sebuah Universitas Stereotipe yang baru. Mungkin saja kesadaran bisa datang dari mana saja, tetapi melaksanakan apa yang telah disadari hanya datang dari diri sendiri.

Marilah kita sama-sama bergerak dan berkarya agar menjadi pembaharu dan bukan hanya menanti perubahan. Menjadi juru kunci sejarah dan bukan sekedar pembaca sejarah. Pepatah mengatakan "tak mengapa seseorang tidak mengerjakan sesuatu, asal segera ia berhenti bermimpi, bercita-cita tentang sesuatu" walahua'lam




No comments:

Post a Comment